Sliding…..tidak banyak rider Motogp mampu
melakukan gaya ini. Ditangan yang benar, sliding diyakini bisa
memangkas waktu sepersekian puluh detik dibanding cornering biasa. Diera
balap 2tak, Mike Doohan adalah satu pembalap yang cukup terkenal
sebagai raja sliding. Raungan engine liar Honda NSR500 diredam lewat
skill mumpuni. Minimnya intervensi eketronik memaksa segalanya begitu
presisi meraba penyaluran tenaga lewat feeling. Salah sedikit, ban lost
grip….mencengkram kembali dan motor langsung terlempar seperti ketapel.
Itulah gambaran susahnya mengendarai 2 stroke engine 500cc berdasarkan
penuturan Rossi dalam buku biografinya……..
Seiring perkembangan jaman….perangkat
elektronik makin canggih. Gerak roda dibaca oleh traksi kontrol yang
segera melakukan koreksi jika rider membuat kesalahan. Ban habispun,
motor tetap anteng. Dulu??…goyang dombret mzbro. Makanya jika perangkat
elekronik bekerja sempurna, niscaya rider akan terus ngacir didepan
susah disusul. Sebuah kondisi yang tidak dijumpai pada era 2 tak. Adu
salib menjadi minim, tontotan membosankan. Sempat timbul usul agar
electronic aid dibuang. Namun karena alasan keselamatan serta kompetisi
teknologi…..wacana tersebut dibuang jauh-jauh.
Ditahun 2001 Rossi….dipercaya HRC untuk
membantu mengembangkan Honda RC211V menggantikan silegendaris NSR500.
Engine 4 tak DOHC V5 brojol pertama kali tahun 2002. Disaat
kelahirannya….motor ini belum banyak dibekali perangkat elektronik
modern termasuk traksi kontrol. Namun hal tersebut ternyata tidak
merepotkan Rossi. Justru karakter engine yang liar mirip NSR500 minus
intervensi malah membuat Rossi bebas berkreasi. Posisi tim HRC diatas
awang sehingga tahun 2002 Honda menjadi juara dunia kembali. Tahun
dimana engine 4 tak (minus traksi control) melawan mesin 2 tak 500cc.
Poin Vale juga jauh meninggalkan para rival hingga 100 angka.
Btw…ditahun 2003 akhirnya RC211V baru dicangkokin traction control…namun
pada tingkatan yang jauh lebih rendah dibanding era sekarang!.
IWB masih ingat….ditahun itu Mike Doohan
sempat mengatakan, apa yang dilakukan Rossi tidaklah mudah (sliding on
RC211v). Dibutuhkan skill tinggi dan naluri membalap kelas master.
Sayang…..gaya tersebut semakin jarang ditunjukkan setelah Vale pindah
keYamaha. Diperparah aturan anyar yang menurunkan kubikasi menjadi
800cc. “Less power more difficult to slide” begitulah yang pernah Rossi
ungkapkan kala itu. Namun anehnya….kendati Motogp telah upgrade kubikasi
menjadi 1000cc yang notabene “more power” dibanding 800cc, sliding ala
Rossi-Honda RC211v tidak pernah kita temui. Teknologi traksi kontrol
telah merubah semuanya. Sebaliknya….Stoner dengan segala kelebihannya
mampu mengisi kekosongan slide style era modern……
Keahlian Stoner didapatkan sejak masih
belia dimana doi sering nunggang dirt bike diAussie. Jadi urusan sliding
men-sliding memang sudah menjadi makanan sehari-hari. Doi sukses
menterjemahkan bahasa sliding keMotogp bike. Kuatnya intervensi
elektronik bukan penghalang untuk melakukannya. Sementara Rossi??
background The Doctor berasal dari mini bike dan Gokart yang jauh dari
teknik sliding. Cornering, titik braking serta keluar tikungan serapi
mungkin. Datang dari era berbeda….Rossi lebih piawai menaklukkan motor
minus traksi kontrol. Jika sampeyan memperhatikan betapa sadisnya The
Doctor mempermainkan Honda RC211v hingga ban ngebul kala slide, pasti
akan setuju bahwa skill pembalap Italia pada masanya memang nggegirisi..
Last…biang kerok pengebiri skill
rider adalah electronic aid. Sementara diakui atau tidak, hanya
Stonerlah yang mampu mengakali kecanggihan perangkat elektronik sehingga
motor masih bisa dipakai untuk sliding. Lainnya??…kayaknya kudu berguru
sama Stoner. So..siapa raja sliding Motogp?? tergantung diera mana kita
melihat. Tanpa traksi kontrol??. Valentino Rossi. Dan sepuluh tahun
setelah itu ketika traction control begitu mendominasi??….Casey Stoner.
Any question??…..(iwanbanaran.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar